Ada sebuah kalimat sederhana yang diwariskan Stephen R. Covey, namun begitu kuat menancap di hati: “Seek first to understand, then to be understood.”
Kebiasaan ini, yang ia sebut sebagai Habit ke-5 dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People, sebenarnya adalah inti dari kesadaran sosial.
Covey mengajarkan bahwa kesadaran sosial bukanlah sesuatu yang muncul sesekali, melainkan kebiasaan yang harus dilatih setiap hari. Kita terbiasa ingin didengar, ingin dimengerti, bahkan ingin membuktikan diri. Tetapi Covey menantang kita untuk berbalik: menunda kebutuhan ego, dan lebih dahulu mendengarkan orang lain dengan sepenuh hati.
Dalam renungan saya, inilah yang membuat kesadaran sosial begitu sulit sekaligus mulia: ia menuntut kerendahan hati untuk mengakui bahwa dunia bukan hanya tentang kita.
Covey membedakan antara listening dan empathic listening. Kebanyakan orang mendengarkan hanya untuk merespons, bukan untuk memahami. Kita mendengar, tetapi sebenarnya pikiran kita sibuk menyiapkan jawaban.
Kesadaran sosial, menurut Covey, lahir dari empathic listening—mendengarkan dengan niat untuk masuk ke dunia orang lain, melihat dari perspektif mereka, dan merasakan dengan hati mereka. Dari sudut pandang ini, mendengarkan adalah sebuah tindakan spiritual: kita belajar menanggalkan ego demi memberi ruang bagi orang lain untuk hadir.
Buah dari Kesadaran Sosial
Covey menekankan bahwa bila kita mampu memahami orang lain terlebih dahulu, maka akan tercipta sinergi—suatu kolaborasi yang lebih besar daripada sekadar penjumlahan individu. Sinergi hanya mungkin lahir jika ada kesadaran sosial, yaitu kesediaan untuk menghargai perbedaan dan menjadikannya sumber kekuatan.
Refleksi saya: kesadaran sosial bukan sekadar menghindari konflik, tetapi juga keberanian untuk membuka diri pada keragaman, sehingga kita bisa menciptakan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan seorang diri.
Pemikiran Covey terasa relevan dalam percakapan paling sederhana. Misalnya, ketika seorang teman bercerita tentang kegelisahannya, kita sering buru-buru memberi nasihat. Padahal, mungkin yang ia butuhkan hanyalah telinga yang sungguh-sungguh mendengar. Dalam konteks ini, kesadaran sosial berarti mengakui bahwa hadir dan mendengarkan adalah bentuk pertolongan yang kadang lebih besar daripada kata-kata.
Stephen Covey menyingkap kebenaran bahwa kesadaran sosial adalah kebiasaan yang menuntun kita pada keefektifan. Efektif, bukan hanya dalam arti produktif, tetapi juga dalam arti manusiawi: mampu menjalin hubungan yang tulus, membangun sinergi, dan menciptakan kehidupan yang lebih harmonis.
Maka, renungan ini menuntun pada satu pertanyaan sederhana namun menantang: Sudahkah saya berusaha memahami sebelum meminta untuk dipahami?