Lev Vygotsky: Belajar dalam Jaringan Kehidupan

Lev Vygotsky Belajar Melalui Interaksi Sosial
Lev Vygotsky Belajar Melalui Interaksi Sosial

Lev Vygotsky, psikolog Rusia yang dikenal dengan sociocultural theory, meyakini bahwa perkembangan kognitif manusia tidak pernah terjadi dalam ruang hampa. Manusia tumbuh melalui interaksi sosial. Bahasa, pemikiran, bahkan identitas diri terbentuk lewat dialog dan hubungan dengan orang lain. Dari sini, kesadaran sosial bukan hanya tambahan, tetapi fondasi bagi pertumbuhan manusia.

Salah satu konsep utama Vygotsky adalah zone of proximal development (ZPD), yaitu jarak antara apa yang bisa dilakukan seseorang sendiri dan apa yang bisa ia capai dengan bantuan orang lain. Konsep ini menegaskan bahwa manusia berkembang karena ada orang lain yang hadir mendampingi.

Kesadaran sosial, dengan demikian, menjadi syarat bagi pertumbuhan. Guru yang peka, teman yang suportif, atau orang tua yang memahami ritme anaknya—semuanya menjadi jembatan yang membuat seseorang mampu melampaui keterbatasannya.

Bahasa sebagai Alat Sosial

Vygotsky juga menekankan peran bahasa sebagai alat utama perkembangan kognitif. Bahasa bukan sekadar sarana komunikasi, tetapi juga instrumen berpikir. Melalui percakapan, anak belajar mengorganisasi dunia batinnya. Dengan kata lain, kesadaran sosial kita terhadap orang lain—kemauan untuk berbicara, mendengar, dan berdialog—sebenarnya membentuk juga kesadaran diri kita.

Pandangan Vygotsky mengajarkan bahwa kesadaran sosial bukan hanya kepekaan moral, melainkan ruang belajar bersama. Kita menjadi manusia karena orang lain. Tidak ada pikiran yang benar-benar mandiri; setiap gagasan lahir dari jaringan percakapan dan interaksi.

Refleksi ini membuat saya melihat kesadaran sosial sebagai cermin: bagaimana kita memperlakukan orang lain akan menentukan pula kualitas perkembangan diri kita sendiri.

Saya teringat pengalaman masa kecil. Ada saat-saat ketika saya tidak memahami pelajaran di sekolah, dan teman sebangku dengan sabar menjelaskan ulang. Menariknya, saya bukan hanya belajar isi pelajarannya, tetapi juga belajar tentang kesabaran, kebersamaan, dan rasa peduli. Itu adalah pelajaran sosial yang sama berharganya dengan pelajaran akademis.

Kini, ketika saya dewasa, saya melihat lingkaran itu terus berulang. Setiap kali kita membuka diri pada orang lain—baik dalam percakapan, kerja tim, maupun persahabatan—kita sedang belajar ulang menjadi manusia. Kesadaran sosial adalah ruang belajar tanpa akhir.

Vygotsky menyingkap bahwa kesadaran sosial adalah landasan perkembangan, bukan sekadar aksesori. Kita belajar berpikir karena belajar berbicara dengan orang lain. Kita bertumbuh karena ada yang menemani, membimbing, dan mendampingi.

Maka, kesadaran sosial adalah pengakuan sederhana namun dalam: saya ada karena kita ada.

Facebook
Twitter
LinkedIn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru