Kesadaran Sosial: Inti dari Pembangunan Sejati

Kesadaran Sosial: Inti dari Pembangunan Sejati
Kesadaran Sosial: Inti dari Pembangunan Sejati

Pada akhirnya, semua yang kita sebut pembangunan—jalan yang diaspal, dermaga yang dibangun, sekolah yang diperluas, pusban yang didirikan—akan kehilangan makna jika tidak disertai dengan kesadaran sosial. Sebab pembangunan bukan hanya soal benda, melainkan soal manusia.

Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk melihat orang lain, merasakan kebutuhannya, memahami kesulitannya, dan hadir bersama mereka. Tanpa kesadaran ini, pembangunan bisa melahirkan gedung-gedung tinggi, tetapi juga jurang yang dalam antara manusia. Tanpa kesadaran ini, desa bisa tampak indah dari luar, tetapi kosong dari dalam.

Lebih dari Sekadar Fasilitas

Di Desa Kersik, jalan yang lebih baik memang memudahkan mobilitas. Tetapi apakah kita juga memudahkan akses anak miskin untuk bersekolah? Pusban yang lebih dekat memang penting, tetapi apakah setiap orang berani datang karena merasa dihargai dan dilayani dengan adil?

Fasilitas hanyalah wadah. Jiwa dari pembangunan ada pada kesadaran sosial: keberanian untuk tidak meninggalkan siapa pun, dan keinginan untuk membangun bersama, bukan sendiri-sendiri.

Empati sebagai Fondasi

Kesadaran sosial menuntut empati. Artinya, kita tidak hanya berpikir tentang apa yang kita butuhkan, tetapi juga apa yang dibutuhkan orang lain. Seorang nelayan yang sudah cukup penghasilannya bisa bertanya: “Apakah tetangga saya yang perahunya kecil juga bisa hidup layak?” Seorang petani yang berhasil panen bisa merenung: “Apakah petani lain yang gagal panen mendapat bantuan?”

Empati mengubah pembangunan dari sekadar proyek menjadi peristiwa kemanusiaan.

Membangun Manusia, Bukan Hanya Desa

Pembangunan sosial sejati berarti membangun manusia. Manusia yang cerdas karena pendidikannya adil. Manusia yang sehat karena kesehatannya terjamin. Manusia yang berdaya karena ekonominya kuat. Manusia yang berbudaya karena tradisinya dijaga. Dan semua itu hanya mungkin jika ada kesadaran sosial di hati setiap orang.

Kesadaran sosial bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tugas kita semua sebagai warga. Ia hidup ketika kita saling menyapa, saling membantu, saling percaya. Ia lahir dari keseharian yang sederhana: menemani tetangga yang sakit, menyumbang tenaga untuk hajatan, atau sekadar mendengarkan cerita orang lain dengan tulus.

Refleksi untuk Desa Kersik

Bagi Desa Kersik, kesadaran sosial adalah fondasi yang menjaga desa tetap utuh. Tanpa kesadaran ini, pembangunan bisa memecah belah: antara kaya dan miskin, antara muda dan tua, antara yang punya akses teknologi dan yang tertinggal. Tetapi dengan kesadaran ini, pembangunan bisa menjadi perekat: menyatukan laut dan darat, nelayan dan petani, tua dan muda, tradisi dan modernitas.

Kesadaran sosial adalah inti dari pembangunan sejati. Ia yang memberi makna pada setiap jalan, setiap gedung, setiap kebijakan. Tanpa kesadaran sosial, pembangunan hanya akan melahirkan benda mati. Tetapi dengan kesadaran sosial, pembangunan akan melahirkan kehidupan yang hangat, adil, dan berkelanjutan.

Desa Kersik bisa menjadi cermin: bahwa membangun desa berarti membangun manusia; bahwa membangun masa depan berarti membangun solidaritas hari ini; dan bahwa pembangunan sosial sejati dimulai dari hal paling sederhana—kesadaran kita untuk hadir bagi sesama.

Facebook
Twitter
LinkedIn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru