Desa Kersik terletak di pesisir, di mana garis pantai yang berpasir bertemu dengan ombak laut yang tak pernah lelah. Di balik keindahan alamnya, desa ini menyimpan potensi wisata yang besar—mulai dari wisata bahari, kuliner laut, hingga tradisi nelayan yang masih lestari.
Namun, potensi ini tidak serta merta berubah menjadi kesejahteraan. Kami menghadapi tantangan klasik desa pesisir: infrastruktur terbatas, akses jalan rusak dan sempit, kesadaran wisata yang masih bertahap tumbuh. Sebagai kepala desa, saya tahu bahwa pembangunan yang efektif tidak bisa mengandalkan sumber daya alam semata—ia membutuhkan keorganisasian yang rapi dan kekuatan sosial yang kokoh.
Keorganisasian: Menata Potensi Menjadi Program
Langkah awal kami adalah membentuk Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Pantai Biru Kersik. Kelompok ini menjadi pusat koordinasi semua kegiatan wisata, mulai dari perencanaan acara, promosi, hingga pengelolaan fasilitas, dengan struktur yang jelas sesuai pedoman resmi.
Struktur Pokdarwis Pantai Biru Kersik terdiri dari:
- Pembina: Kepala Desa Kersik
- Penasehat: Tokoh masyarakat, pelaku usaha wisata, dan sesepuh adat
- Pengurus Inti: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara
- Seksi-seksi:
- Keamanan & Ketertiban: Mengatur keamanan destinasi wisata dan kenyamanan pengunjung
- Kebersihan & Keindahan: Menjaga kebersihan pantai, taman, dan area publik
- Daya Tarik Wisata & Budaya: Mengembangkan atraksi wisata, festival, dan seni lokal
- Hubungan Masyarakat & Pengembangan SDM: Menjalin kerja sama, promosi, dan pelatihan pemandu wisata
- Pengembangan Usaha: Mengelola kios, suvenir, kuliner, dan peluang usaha wisata lainnya
Dengan struktur ini, setiap program memiliki penanggung jawab yang jelas. Keorganisasian yang rapi memastikan ide tidak berhenti di meja rapat, tetapi bergerak menjadi aksi nyata.
Kekuatan Sosial: Jiwa dari Pembangunan Desa
Namun, organisasi tanpa partisipasi masyarakat hanyalah kerangka kosong. Di Desa Kersik, kami ingin menghidupkan kembali budaya gotong royong pesisir. Warga nelayan, petani tambak, pemilik warung, pelaku UMKM dan pelajar semua terlibat aktif.
Saat membangun di pantai, warga menjaga dan memelihara fasilitas yang ada. Pada saat ada araca, para ibu menyiapkan hidangan khas seperti ikan bakar, udang, kepiting, sate kerang dan peca yang menjadi daya tarik wisatawan. Kekuatan sosial ini menciptakan rasa memiliki, sehingga setiap fasilitas dijaga bersama, bukan hanya tanggung jawab pemerintah desa atau Pokdarwis.
Perpaduan Menuju Pembangunan Efektif
Sinergi antara keorganisasian dan kekuatan sosial paling terasa saat fantrip di Wisata Pantai biru Kersik.
- Lokasi dan rute disepakati melalui musyawarah.
- Pelaksanaan dikoordinasikan oleh Pokdarwis dengan dukungan pemerintah desa.
- Warga membantu sesuai bidang masing-masing.
Hasilnya, fantrip berjalan sebagaimana yang telah direncanakan, dengan harapan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun.
Tantangan dan Refleksi
Kami menghadapi hambatan, mulai dari perbedaan pendapat soal prioritas proyek hingga kenaikan material. Ada pula warga yang awalnya ragu dengan manfaat pariwisata. Namun, diskusi terbuka, pendekatan persuasif, dan pelibatan langsung warga perlahan mengubah keraguan menjadi dukungan.
Saya belajar bahwa di desa wisata pesisir seperti Kersik, pembangunan fisik tanpa pembangunan sosial akan rapuh, sementara pembangunan sosial tanpa organisasi akan berjalan lambat.
Kami berharap bahwa setiap wisatawan yang datang ke Desa Kersik tidak hanya menikmati Pantai yang berpasir dan laut, tetapi juga merasakan kehangatan warganya. Mereka melihat bahwa pembangunan di sini bukan hanya hasil kerja mesin dan anggaran, tetapi buah dari keorganisasian yang terarah dan kekuatan sosial yang menyala.
Pembangunan yang efektif adalah ketika struktur organisasi memberi arah, dan kekuatan sosial memberi tenaga.
Di pesisir ini, kami tidak hanya membangun destinasi, tetapi membangun masa depan bersama.