Di setiap desa, masa depan selalu bersemayam dalam tawa dan mimpi anak-anak. Di Desa Kersik, anak-anak berlari di tepi pantai, bermain sambil menunggu orang tua mereka pulang melaut, atau membantu keluarga di sawah dan kebun. Mereka adalah cermin sederhana dari harapan: bahwa suatu hari kelak, mereka bisa tumbuh menjadi generasi yang membawa desa lebih maju.
Namun, pertanyaannya: apakah pendidikan di desa benar-benar memberi mereka kesempatan yang sama dengan anak-anak di kota?
Sekolah Sebagai Jantung Desa
Pendidikan sering disebut sebagai jantung pembangunan sosial. Tanpa pendidikan, masyarakat akan sulit berkembang, karena ilmu pengetahuan adalah pintu untuk memahami dunia. Tetapi pendidikan bukan hanya soal buku dan ujian. Pendidikan adalah proses menanamkan nilai: empati, gotong royong, rasa hormat, dan kesadaran sosial.
Di Desa Kersik, sekolah dasar dan menengah sudah ada. Tetapi masih banyak tantangan: akses guru yang terbatas, fasilitas belajar yang sederhana, dan keterbatasan sarana teknologi. Sementara anak-anak di kota sudah terbiasa dengan komputer dan internet cepat, anak-anak di desa kadang masih berbagi buku seadanya. Apakah ini adil? Apakah pembangunan sudah benar-benar merata?
Mimpi yang Tertunda di Laut dan Sawah
Banyak anak di desa pesisir yang bermimpi tinggi, tetapi terkadang mimpi itu harus ditunda atau bahkan terhenti. Anak nelayan yang pandai berhitung mungkin bercita-cita jadi insinyur, tetapi karena keterbatasan biaya, ia harus berhenti sekolah untuk membantu melaut. Anak petani yang pandai menulis mungkin bermimpi jadi guru, tetapi karena jarak sekolah lanjutan terlalu jauh, ia akhirnya memilih bekerja lebih cepat.
Pendidikan yang timpang membuat mimpi-mimpi itu pudar. Dan ketika mimpi padam, pembangunan sosial kehilangan denyutnya.
Pendidikan sebagai Alat Kesadaran Sosial
Lebih dari sekadar mencari pekerjaan, pendidikan juga membentuk kesadaran sosial. Di kelas, anak-anak belajar bahwa mereka hidup bersama orang lain, belajar menghargai perbedaan, belajar bekerja sama. Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga teladan dalam empati dan solidaritas.
Jika pendidikan hanya dilihat sebagai jalan menuju pekerjaan, maka kita kehilangan makna terdalamnya. Pendidikan adalah jalan membentuk manusia—manusia yang cerdas sekaligus peduli.
Refleksi untuk Desa Kersik
Di Desa Kersik, banyak anak yang haus akan ilmu, tetapi terbentur keterbatasan. Di sinilah peran pembangunan sosial: menyediakan akses pendidikan yang layak, guru tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga hadir dengan semangat, serta memberi dukungan agar anak-anak desa punya kesempatan yang sama dengan anak-anak di kota.
Pendidikan yang merata akan menjadi jantung yang memompa kehidupan ke seluruh tubuh pembangunan desa. Tanpa itu, pembangunan hanya akan berhenti pada turap abrasi dan jalan, tanpa jiwa.
Pendidikan adalah jantung pembangunan sosial. Jika jantung ini lemah, seluruh tubuh pembangunan akan rapuh. Tetapi jika pendidikan kuat, maka desa akan tumbuh dengan manusia-manusia yang cerdas, berdaya, dan peduli.
Desa Kersik akan maju bukan hanya ketika jalannya mulus atau pantainya indah, tetapi ketika anak-anaknya punya kesempatan untuk bermimpi dan mewujudkannya. Karena masa depan desa ada di dalam ruang kelas sederhana itu—di mata anak-anak yang menatap harapan dengan penuh cahaya.