Sore itu di Desa Kersik, suasana sungai begitu hening. Air laut tengah surut, meninggalkan sebuah perahu kayu yang bersandar tenang di sisi papan dermaga tua. Cat merah dan putihnya tampak kontras dengan warna air yang keruh, sementara bendera kecil berkibar pelan diterpa angin.
Perahu itu seolah menunggu—menunggu laut kembali pasang, menunggu nelayan datang mengajaknya kembali berlayar.
Bagi masyarakat Kersik, perahu bukan sekadar alat transportasi. Ia adalah sahabat yang setiap hari menemani perjalanan mencari ikan di lautan.
Ketika air surut, nelayan jarang bisa berangkat melaut. Waktu inilah mereka gunakan untuk memperbaiki jaring, menambal lambung perahu, atau sekadar duduk di dermaga, berbincang sambil menyeruput kopi. Perahu yang diam seperti dalam foto, adalah potret sederhana dari ritme hidup nelayan yang ditentukan oleh pasang surut air laut.
Dermaga sungai sederhana di perkampungan nelayan desa Kersik bukan hanya tempat perahu berlabuh, tapi juga saksi bisu kehidupan pesisir. Tiang-tiang kayu yang mulai lapuk, tali yang mengikat perahu, hingga ban bekas yang dipasang sebagai penahan benturan, semuanya menyimpan cerita panjang tentang kerja keras dan keteguhan.
Bagi wisatawan, suasana ini memberi kesan otentik—jauh dari hiruk-pikuk modernitas.
Keindahan Dua Wajah Pantai Biru
Pantai Biru Kersik selalu menawarkan pemandangan berbeda. Saat pasang, laut tampak biru berkilau, perahu-perahu tampak sibuk keluar masuk sungai. Tapi ketika surut, wajah pantai berubah—perahu berhenti, lumpur dan akar mangrove terlihat jelas, memberi nuansa alami yang tak kalah menarik.
Foto perahu yang sedang diam di dermaga sungai pemukiman nelayan ini adalah salah satu wajah itu—sebuah jeda dalam siklus laut yang tak pernah berhenti.
Fenomena pasang surut dan kehidupan nelayan bisa menjadi daya tarik wisata edukatif. Bayangkan sebuah paket “Sehari Jadi Nelayan” di Desa Kersik: wisatawan diajak melihat perahu saat istirahat di dermaga, membantu nelayan menyiapkan jaring, hingga ikut berlayar ketika pasang tiba.
Pengalaman sederhana namun sarat makna ini bisa menjadi cerita berharga bagi siapa pun yang datang.
Harmoni antara Manusia dan Laut
Warga Kersik sadar bahwa laut adalah sumber kehidupan yang harus dijaga. Mereka menanam mangrove, menjaga kebersihan pesisir, dan merawat dermaga kayu yang sudah puluhan tahun setia menemani. Perahu yang diam di dermaga sore itu bukan sekadar benda mati, melainkan simbol hubungan manusia dengan laut—saling menunggu, saling memberi.
Jika berkunjung ke Pantai Biru Kersik, sempatkanlah mampir ke dermaga sungai pemukiman warga desa. Duduklah sejenak, dengarkan bunyi kayu yang berderit, lihat perahu nelayan yang beristirahat, dan rasakan atmosfer yang tak bisa dijumpai di kota.
Abadikan dalam foto, karena di setiap diam perahu ada kisah tentang laut, nelayan, dan waktu yang mengalir bersama pasang surut.